Detail Cantuman

Kliping Artikel

Bahasa:

Pengarang / Pembuat:

Supriyo Priyanto

Judul:

DIPONEGORO : Bangsawan Jawa yang Arsitek dan Sastrawan

Keterangan Publikasi:

Semarang : Fakultas Ilmu Budaya UNDIP, 2009

Abstrak / Ringkasan:

Banyak tulisan tentang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830 telah dibuat, baik oleh penulis asing maupun domestik. Namun demikian, ibarat mata air dia tak ada habis-habisnya untuk ditimba. Kajian tentangnya terus mengalir dan nampaknya tidak akan pernah tuntas. Kenyataannya memang masih banyak aspek yang terkait dengan tokoh tersebut yang belum terungkap. Sebagai putra sulung Sultan Hamengkubuwono (HB) III, raja kasultanan Jogyakarta Hadiningrat, Pangeran Diponegoro memiliki hubungan kekerabatan formal dengan kraton. Meskipun dia dibesarkan di luar tembok kraton, namun sebagai seorang pangeran dia tetap mendapat didikan ksatria Jawa, mengikuti tradisi kejawen, dan menghayati berbagai ritual kraton, tata cara, perilaku dan tutur bahasa yang sangat hierarkhis. Selain itu dia juga mendapat pendidikan perang seperti ulah kanuragan, olah senjata, menunggang kuda, dan juga ilmu pemerintahan. Yang tidak kalah pentingnya ialah pendalamannya terhadap kesusasteraan, filsafat Jawa dan kesenian, khususnya seni musik (gamelan, tembang) dan seni pedalangan. Begitu kompleksnya permasalahan di seputar kehidupan Diponegoro, tulisan ini akan mencoba menyorotinya sebagai seorang bangsawan Jawa, yang memiliki bakat dalam dunia arsitektur sekaligus sastrawan. II. Figur Diponegoro Diponegoro adalah putra sulung Sultan Jogya, Sultan HB III atau Sultan Raja dari seorang selir. Dengan demikian dia adalah cucu Sultan HB II (Sultan Sepuh) dan cicit Sultan HB I (Sultan Swargi). Ibunya disebut-sebut bernama R.A. Mangkarawati yang menurut Peter Carey asal-usulnya masih kabur. Dikatakan putri itu berasal dari Majasta di daerah Pajang, dekat makam keramat Tembayat (Carey, 1991:2). Dalam naskah lain Carrey mengatakan dia adalah keturunan Ki Ageng Prampelan dari Pajang (Carey, 1974:74). Sagimun MD. memberitakan bahwa dia berasal dari Pacitan, putri seorang Bupati yang konon masih berdarah Madura (Sagimun, 1986:36). R. Tanojo dalam Sadjarah Pangeran Dipanagara Darah Madura mengatakan bahwa darah Madura yang mengalir pada Diponegoro bukan berasal dari pihak ibu tetapi justeru dari pihak ayah. Menurut silsilah, nenek Diponegoro, yakni Ratu Kedaton (permaisuri HB II) adalah generasi ke enam keturunan Pangeran Cakraningrat dari Tunjung Madura (Tanojo, t.t:4). Nama asli Diponegoro adalah Raden Mas Mustahar. Dia lahir di keraton Jogyakarta pada hari Jum’at Wage, tanggal 7 Muharram Tahun Be atau 11 Nopember 1785 Masehi sebagai putera sulung Sultan HB III (Carey, 1991:1). 1) Pada tahun 1805 Sultan HB II mengganti namanya menjadi Raden Mas Ontowiryo. Adapun nama Diponegoro dan gelar pangeran baru disandangnya sejak tahun 1812 ketika ayahnya naik takhta.

Subjek / Kata Kunci:

Diponegoro -- pahlawan

Bangsawan Jawa -- Diponegoro

Arsitek Jawa

Sastrawan Jawa

Nama Terkait Pembuatan Karya Ini:

Badan yang memiliki:

Fakultas Ilmu Budaya UNDIP

Sumber Informasi:

http://eprints.undip.ac.id/1201/

Dokumen Digital :

Dipo-arsitek.pdf
286881 bytes.
(Dibutuhkan aplikasi pembaca dokumen PDF)