Detail Cantuman

Kliping Artikel

Bahasa:

Indonesia

Judul:

Diponogoro Tertipu

Keterangan Publikasi:

Yogyakarta : Sasanana Wiratama Tegalrejo, 1985

Abstrak / Ringkasan:

Pembrontakan selama empat setengah tahun, dapat dikatakan telah berakhir setelah pertempuran di Pegunungan Siluk, 17 September 1829. Tekanan yang kuat membuat para komandan pasukan Diponegoro tak memiliki pilihan lain, kecuali menghentikan perlawanannya dan menyerah. Kondisi pasukan Belanda yang berada di medan tidak jauh berbeda dengan kondisi pasukan Diponegoro. Di Benteng Merden, banyak prajurit yang sakit karena minimnya perawatan. Angkutan logistik juga datang tidak teratur. Keadaan tersebut bertambah buruk manakala Bupati A rumbina,ng tidak dapat lagi menyediakan beras. la menghentikan pengiriman beras. Pada akhir 1829, posisi Diponegoro beserta sisa pasukannya telah diketahui secara je las. la, kedudukan dan jumlahnya.Sekalipun secara militer itu memiliki arti lagi, namun ternyata Jenderal de Kock tidak memerintahkan penyerbuan untuk membunuh Diponegoro. la sadar pengaruh Diponegoro masih besar di masyarakat Jawa . Terbukti, tatkala ia mengumumkan sayembara untuk menangkap Diponegoro, hidup atau mati,dengan hadiah uang (SpM.20.000), tidak ada seorangpun yang menanggapi. Secara pribadi dan sebagai seorang prajurit, ia ingin mengakhiri perang dengan ksatria, tanpa menjadikan Diponegoro sebagai pahlawan. De Kock ingin membuktikan kepada para penentangnya bahwa konsep strategi Stelsel Benteng adalah sistem senjata yang tepat. Baginya, hanya ada dua pilihan untuk melumpuhkan Diponegoro, yaitu menyerbu dan mengejar ( vervolgmg) atau melakukan tipu daya (overreding). Dengan alasan tersebut, ia akhirnya memilih untuk memperdaya dan membujuk Diponegoro keluar dari "kantong" pertahanannya secara damai untuk kemudian meriangkapnya. Melalui cara, mengexploitasi nilai-nilai budaya dan karakter kesatria bangsawan Jawa yang ada pada pribadi Diponegoro. Salah satu nilai Kesatria yang dianggap luhur adalah "seorang kesatria pantang ingkar terhadap janji". Kare.na itu, ia memerintahkan Kolonel Cleerens terus melakukan aksi tipu daya terhadap Diponegoro,sampai dia mengucapkan janjinya. Pada 9 Februari 1830, Cleerens mengutus bekas orang kepercayaan Diponegoro, Penghulu Pake Ibrahim dan Kaji Badaruddin, untuk menghubungi Diponegoro. Kedua utusan itu menyampaikan pesan Kolonel Cleerens, atas nama Jenderal de Kock, yang ingin bertemu dan berdamai. Diponegoro menyetujui pertemuan itu. Tempat pertemuan direncanakan didesa Remokawal, sebuah desa diKabupaten Remo Jatinegoro milik Kesultanan Yogyakarta. Dalam pertemuan, Diponegoro setuju untuk berunding dengan Jenderal de Kock di Magelang. Dalam perjalanan menuju Magelang, Diponegoro menolak melalui ruteyang telah direncanakan. la memutuskan untuk mengambil jalan memutar. Disambut rakyat dengan penghormatan yang luar biasa Rakyat secara sukarela menyediakan pelbagai makanan untuk prajurit Diponegoro. Membuktikan pengaruh Diponegoro masih besar di Menoreh. Melihat itu,Cleerens berusaha menyingkirkan Diponegoro dari Menoreh. Perjalanan kemudian diteruskan ke Magelang . Pada 8 Maret 1830, Diponegoro beserta rombongan, dengan pengawalan 200 orang prajurit kavaleri, tiba di Magelang. la disambut Residen Kedu dan para pembesar militer dan sipil, antara lain Kolonel Cochius. Pada 8 Maret 1830, Jenderal de Kock membuat keputusan untuk menahan Diponegoro. la langsung melaporkan kepada Gubernur Jenderal. Keengganan Diponegoro untuk berunding selama bulan Puasa, diexploitasi oleh Jenderal de Kock.la mengeluarkan perintah rahasia kepada Letnan Kolonel Du Perron dan Mayor Michiels, tentang tata cara dan prosedur penangkapan Diponegoro. Dalam laporannya kepada Gubernur Jenderal van den Bosch, Jenderal de Kock menceritakan percakapannya yang panjang dengan Diponegoro. Menurutnya, Diponegoro masih berpegang teguh pada pendiriannya.

Subjek / Kata Kunci:

Diponegoro, Indonesia - Sejarah

Nama Terkait Pembuatan Karya Ini:

Badan yang memiliki:

Perpustakaan Nasional RI

Sumber Informasi:

Sejarah Perang Diponogoro